EKSISTENSI AGAMA, ILMU DAN FILSAFAT DALAMMENGATASI PERSOALAN PENDIDIKAN
Abstract
Tulisan ini membahas tentang peranan agama, ilmu dan filsafat dalam menangani persoalan pendidikan. Ketiganya memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan. Islam sangat mengutamakan ilmu baik ilmu rasio maupun empiris dan mewajibkan kepada umatnya untuk mencari ilmu, karena hanya dengan ilmulah manusia dapat memahami agama dan mengamalkan nilai-nilai agama, sedangkan untuk menguji kebenaran sebuah ajaran atau dogma sangat diperlukan akal, atau ilmu-ilmu yang mengkaji tentang kedudukan akal dalam menemukan kebenaran. Usaha yang dilakukan oleh beberapa pemikir muslim dalam menjembatani antara filsafat dan agama atau akal dan wahyu, tidak berhasil menghilangkan perselisihan antara filosof dengan ulama kalam (mutakallimun), bahkan selanjutnya selama beberapa dekade terjadi perang dialektika yang begitu tajam antara kelompok filosof dengan ulama kalam, yang ditandai dengan munculnya al-Ghazali dengan Tahaffut al- Falasifahnya yang mengkritisi para filosof sebagai sesuatu yang telah menyimpang dari ajaran agama, yang kemudian muncullah Ibnu Rusyd dengan bukunya Tahaffut al- Tahaffut, untuk mengkritisi perbedaan-perbedaan tersebut serta berupaya mengharmonisasikan antara filsafat dengan agama, dia mencoba meyakinkan umat Islam bahwa sesungguhnya antara filsafat dengan agama tidaklah terjadi pertentangan, karena masing-masing dalam aktualitasnya saling mengisi dan secara fungsional berada dalam satu ikatan yang sinergi yang bersifat kontributif. Sebagai refleksi keyakinan umat Islam terhadap kebenaran wahyu, telah diupayakan pemaduan ketiga konsep agama, ilmu dan filsafat melalui pelaksanaan pendidikan. Pendidikan membutuhkan pemikiran filosofis sebagai penentu arah dan tujuan dari proses pendidikan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979
John K.Roth, and Frederick Sontag, The Quastions of Philosophy, California: Wadsworth, 1988
Ahmad Norma pranata, Metodologi Study Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 Quraish Syihab, Mahkota Tuntunan Ilahi, Jakarta: Untagama,1986
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Penerbit, Yayasan PIARA, Bandung, 1997
H. Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Dirasah Islamiyah IV), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet. V, 2001
Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains menurut al-Qur’an, Penerbit, Mizan, Bandung, 1995
H. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2007
Kulayni, Al-Kafi, Jilid I, hal. 30; Ibn Majah, Sunan, Jilid I, Pendahuluan, Bagian 17,No.224.
C.A.Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Penerbit, Yayasan OborIndonesia, Jakarta, 2002
Musa Asy’arie, Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berfikir, Penerbit, LESFI,Yogyakarta, 2002
Harun Nasution, Falsafah Agama, Cet.VIII, Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Musa Asy’arie, Filsafat Islam:Sunnah Nabi dalam Berfikir, Penerbit, LESFI, Yogyakarta,2002
Ali Mudhofir, Pengenalan Filsafat, Tim Dosen Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty, 1996
S.Takdir Ali Syahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika, Cet.V, Jakarta: Dian Rakyat, 1981
Al-Farabi, nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad Ibnu Muhammad ibnu Tarkhan ibnu Auzalaqh, yang biasa disingkat dengan Al-Farabi. Ia lahir di Wasij, Distrik Farab, Turkistan pada tahun 257 H/870. Al-Farabi dijuluki al-Mu’allim al-Awwal (Guru pertama) karena ia benar-benar memahami filsafat Aristoteles, sehingga tidak heran Ibnu Sina, yang menyandang predikat al-Syaikh al-Ra’is (Kiyahi Utama), mendapat kunci dalam memahami filsafat Aristoles dari buku Al-Farabi, yang berjudul “fi Aghradhi ma ba’d al-Thabi’at”. Al-Farabi dalam dunia intelektual Islam mendapat kehormatan dengan julukan al-Muallim al-Sany (Guru kedua), setelah Aristoteles. Lihat H. Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, …, hal. 66-67.
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. V, Jakarta: Bulan Bintang, 1991
Adul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta: Sipress, 1993
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub Ibn Ishaq Ibn al-Sabbah Ibn Imran Ibn Ismail Ibn al-Ash’as Ibn al-Qais al-Kindi. Kindah adalah nama nama suku Arab yang tertua pada zaman pra Islam di daerah Yaman. Tetapi al-Kindi sendiri lahir di Kufah sekitar tahun 185 H/ 801 M. kakeknya, al-Ash’as Ibn al-Qais adalah termasuk salah seorang sahabat Nabi Saw. Di Kufah al-Kindi mempelajari tata bahasa Arab, kesusasteraan, ilmu hitung dan menghafal al-Qur’an, setelah itu ia mempelajari fiqh dan ilmu kalam. Akan tetapi ia nampak lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama setelah ia menetap di Bagdad. Kota Kufah yang pesat kemajuannya dengan ilmu pengetahuan telah memberi rangsangan kepadanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Lihat H. Abuddin Nata, Ilmu Kalam,…, hal. 79-80.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979
Jalaluddin dkk, Filsafat Pendidikan, manusia, filsafat dan Penddidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015
Refbacks
- There are currently no refbacks.
INDEXED BY:
JURNAL MIMBAR AKADEMIKA: Media Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan
ISSN Print: 2527-3256
ISSN Online: 2621-9247